I.
TUJUAN
PERCOBAAN
Setelah
melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1.
Dapat melakukan analisa penentuan
densitas batubara menggunakan larutan typol 0,1 %
2.
Dapat menghitung densitas dari batubara
sesuai dengan rumus densitas batubara yang ada pada modul
3.
Dapat menggunakan alat dengan baik dan
benar
II.
ALAT
DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
2.1
Alat – alat yang digunakan :
-
Piknometer batubara : 1
buah
-
Gelas kimia 100 ml : 1 buah
-
Pipet ukur 5 ml :
1 buah
-
Bola karet : 1 buah
-
Neraca analitik : 1 buah
-
Spatula :
1 buah
2.2
Bahan – bahan yang digunakan :
-
Batubara :
2
gram
-
Larutan typol 0,1
% : 100 ml
III.
GAMBAT ALAT (TERLAMPIR)
IV.
DASAR
TEORI
Sebagai pertimbangan awal, perlunya mengenal sifat fisik secara tidak
langsung juga menerangkan tentang hubungannya dengan sifat kimia. Sebagai
contoh, ukuran pori batubara, yang mana merupakan sifat fisik batubara,
merupakan faktor utama dalam penentuan reaktivitas kimiawi batubara (Walker,
1981). Dan efek kimiawi dari swelling indeks dan pengkokasan batubara memiliki
efek substansial pada penanganan batubara atau selama operasi konversi batubara.
Densitas (spesific gravity)
Padatan yang porous seperti batubara, memiliki tiga perbedaan dalam
pengukuran densitasnya; true density, particle density, dan apparent density.
1. Apparent density batubara dapat
dilakukan dengan cara membenamkan sampel batubara di dalam cairan dan kemudian
mengukur cairan yang terpindahkan. Untuk prosedur ini, cairan harus: (1)
membasahi permukaan batubara, (2) tidak ada absorbsi yang kuat pada permukaan,
(3) tidak menyebabkan pengembangan, dan (4) menetrasi pori batubara.
2. True density batubara
ditentukan dengan menggunakan prisip pemindahan helium. Helium baik digunakan
sebab dapat menetrasi pori-pori sampel batubara tanpa menyebabkan interaksi
secara kimiawi.
3. Particle density adalah
berat suatu unit volume padatan termasuk pori dan rekahan (Mahajan dan Walker,
1978). Densitas partikel dapat ditentukan dengan cara satu dari tiga metode;
(1) mercury displacement (Gan et al, 1982), (2) aliran gas (Ergun, 1951), atau
(3) Silanization (Ettinger dan Zhupakhina, 1960).
Densitas batubara dapat bervariasi yang menunjukkan hubungan antara rank
dan kandungan karbon. Batubara dengan kandungan karbon 85% biasanya menunjukkan
suatu derajat ciri hidropobik yang lebih besar dari batubara berank paling
rendah.
Bagaimanapun, hasil temuan terbaru pada prediksi sifat hidropobik batubara
mengindikasikan bahwa korelasi kharakteristik kandungan air lebih baik dari
pada kandungan karbon dan begitupun rasio kandungan air/karbon lebih baik
daripada rasio atomik oksigen/karbon. Begitupun, terdapat suatu hubungan antara
sifat hidropobik batubara dan kandungan air ((Labuschagne, 1987; Labuschagne,
1988).
Kecenderungan bahwa density batubara bernilai minimum pada kandungan karbon
85%. Sebagai contoh, karbon batubara 50-55% akan memiliki densiti sekitar 1,5
g/cm 3, dan cenderung berkurang hingga 1,3 g/cm 3 untuk
batubara mengandung 85% karbon diikuti dengan peningkatan 1,8 g/cm 3
untuk batubara dengan kandungan karbon 87%. Sebagai pembanding, densitas
graphite (2,25 g/cm 3) juga mengikuti kecenderungan ini.
Walaupun variasi densitas tidak begitu besar, umumnya densitas untuk
maseral (memilki kandungan karbon yang sama) adalah
exinite<vitrinite<micrinite.
Densitas
relatif:
Densitas relatif batubara tergantung
pada rank dan mineral pengotornya. Data densitas relatif diperlukan untuk
membuat sampel komposit dalam menentukan banyaknya asap (seam). Selain
itu diperlukan juga sebagai faktor penting dalam mengubah cadangan batubara
dari unit volume menjadi unit massa.
Penentuan dilakukan dengan menghitung banyaknya
kehilangan berat pada saat dicelupkan ke dalam air. Cara terbaik adalah dari
data berat batubara dengan menggunakan piknometer. Grafik di bawah ini
memberikan hubungan antara densitas relatif terhadap kandungan abu untuk
batubara dan serpih karbon di cekunagn Agades.
V.
PROSEDUR KERJA
Prosedur percobaan dilaksanakan
sebagai berikut (ASTM D167-73)
1.
Membuat
larutan typol 1%dalam
beaker glass.
2.
Menyimpan
larutan ini dalam desikator, memvakumkan sampai tidak ada gelembung udara di
dalam dan di atas larutan typol.
3.
Mengisi
piknometer dengan larutan typol sampai lubang kapilernya terisi penuh, kemudian
ditimbang (sebagai P).
4.
Memindahkan
sebagian larutan typol dari piknometer dengan memakai pipet sampai ½ bagian
volmenya.
5.
Menimbang
1 gr sampel (yang berukuran 60 mesh), dimasukkan ke dalam piknometer yang
berisi typol ½ bagian volum dengan menggunakan corong kecil.
6.
Memvakumkan
piknometer yang berisi sampel dalam desikator. Apabila tidak ada gelembung
udara dan semua batubara turun ke dasar, ditimbang (W1).
VI.
DATA PENGAMATAN
·
Berat
Sampel Batubara (w) : 1
gr
·
Berat
Pikno Kosong : 131,3213 gr
·
Berat
Pikno + air : 155,6 gr
·
Berat
Pikno Batubara + Typol (P) :
159,65 gr
·
Berat
Pikno Batubara + Typol + Sampel 1(W1) : 158,94 gr
·
Berat
Pikno Batubara + Typol + Sampel 2(W1) : 158,77 gr
VII. PERHITUNGAN
a.
Pembuatan Larutan Typol 0,1%
V1 x M1 =
V2 x M2
V1 x100%
= 100 ml x 0,1%
V1 = 0,1
ml
b.
Volume Piknometer
ρ
= m
V
V =
m
ρ
= ( 155,6 – 131,3213) gr
0,9938 gr/ml
= 24,430 ml
c.
Menghitung
Berat Jenis Typol
Berat
Jenis Typol = Berat Pikno + Typol – Berat Pikno Kosong
Volume
Piknometer
= ( 159,65 – 131,3213) gr
24,430 ml
= 1,159 gr/ml
d.
Menghitung
Berat Jenis Batubara (Sample 1)
Berat
Jenis Batubara =
W x Berat Jenis Typol
W – (W1 – P)
=
1 gr .1,159 gr/ml
1 gr – (158,94 – 159,65) gr
= 0,67 gr/ml
e.
Menghitung
Berat Jenis Batubara (Sample 2)
Berat
Jenis Batubara = W x Berat Jenis Typol
W
– (W1 – P)
= 1 gr . 1,159
gr/ml
1
gr – (158,77 – 159,65) gr
=
0,616
gr/ml
VIII. ANALISIS
PERCOBAAN
Penentuan densitas
batubara dapat dilakukan dengan larutan typol sebagai media. Larutan ini
merupakan larutan kental yang disebut juga larutan sabun. Batubara yang
dimasukkan ke dalam piknometer khusus harus berupa batubara yang sebelumnya
diisi dengan larutan typol. Batubara akan mengapung sebagian saat pertama kali
dimasukkan. Lama kelamaan, batubara akan tenggelam di dalam piknometer
tersebut. Ini diakibatkan karena batubara memilik pori – pori yang banyak. Pada
awalnya, pori – pori itu terisi oleh udara. Namun, ketika dimasukkan ke dalam
piknometer berisi larutan typol, pori – pori tersebut akan terisi oleh larutan
typol. Inilah yang mengakibatkan batubara akan tenggelam. Larutan typol yang
ada di bagian atas batubara akan berwarna bening.
Dari percobaan yang
dilakukan, diperoleh berat jenis batubara sebesar 0,67 gr/ml untuk
sampel 1 dan 0,616
gr/ml untuk sampel 2.
Secara teoritis, batubara dengan kandungan karbon 50 – 55% akan memiliki
densitas sekitar 1,5 gr/cm3. Umumnya, semakin
tinggi nilai densitas batubara maka semakin rendah kualitas batubara yang
dimiliki.
Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan perbedaan densitas
dari sample 1 dan 2. Hal ini dapat dikarenakan pada saat preparasi dilakukan
dengan kurang baik ataupun kurang teliti dalam melakukan pengukuran.
IX.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
·
Densitas
batubara yang diperoleh 0,67 gr/ml untuk
sampel 1 dan 0,616
gr/ml untuk sampel 2.
·
Pengukuran
densitas batubara pada praktikum ini menggunakan jenis apparent density.
·
Umumnya,
makin tinggi peringkat batubara, densitas batubara tersebut akan semakin rendah.
X.
DAFTAR PUSTAKA
Ridwan, K.A.
2012.
Petunjuk Praktikum Hidrokarbon.
Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
No comments:
Post a Comment